Ada banyak pelatih sukses. Tapi gak banyak yang sukses dari dua sisi sejarah sepak bola: satu, sebagai pemain penuh flair dan teknik tinggi; dua, sebagai pelatih yang tahu cara membentuk tim dari nol sampai jadi mesin juara.
Roberto Mancini bukan tipe pelatih ribut. Dia tenang, penuh gaya, dan suka sentuhan indah dalam sepak bola. Tapi jangan salah: di balik jas rapi dan rambut klimis, otaknya penuh strategi mematikan.
Dia pernah bikin Manchester City pecah di menit 94. Dia juga jadi sosok yang menyatukan Italia pasca gagal lolos Piala Dunia 2018 dan menjadikannya juara Euro 2020.
Awal Karier: Si Bocah Ajaib dari Jesi
Roberto Mancini lahir 27 November 1964 di Jesi, Italia. Dari kecil, dia udah kelihatan beda:
- Skill olah bola jauh di atas rata-rata
- Main dengan teknik tinggi, bahkan waktu masih remaja
- Gak takut adu taktik di usia muda
Dia gabung Bologna dan langsung nyetak 9 gol di musim debut Serie A saat masih 17 tahun. Dari situ, klub-klub besar langsung mulai ngelirik.
Era Sampdoria: Duet Ikonik Bareng Vialli
Mancini pindah ke Sampdoria tahun 1982 dan di sinilah karier legendarisnya lahir. Bareng Gianluca Vialli, dia bentuk duet paling berbahaya di Serie A 80-90an.
Bareng Samp:
- Juara Serie A 1990–91 (satu-satunya dalam sejarah klub)
- 4x juara Coppa Italia
- Finalis Liga Champions 1992 (kalah lawan Barcelona)
Mancini bukan striker haus gol. Dia itu:
- Trequartista
- Kreator utama
- Pemain dengan sentuhan super lembut
- Jago umpan terobosan dan no-look pass
Kalau lo nonton highlight-nya, banyak momen dia nyetak gol atau assist dengan gaya elegan. Jarang yang maksa. Semua halus dan pas.
Lazio & Akhir Karier
Tahun 1997, Mancini pindah ke Lazio, bawa pengalaman dan karisma. Di sana, dia bantu:
- Menangkan Serie A 1999–2000
- Juara Coppa Italia
- Jadi mentor buat pemain muda
Dia pensiun sebagai pemain yang dihormati, tapi kayaknya semua orang udah tahu: Mancini bakal jadi pelatih besar.
Awal Melatih: Kejutan di Fiorentina & Lazio
Langsung setelah pensiun, Mancini masuk dunia kepelatihan. Dia debut bareng Fiorentina dan meski klub bermasalah finansial, dia berhasil:
- Menang Coppa Italia 2001
- Bikin tim tampil atraktif
Lalu pindah ke Lazio, bawa mereka ke semifinal Eropa dan terus konsisten di papan atas Serie A. Tapi panggung terbesarnya masih nunggu: Inter Milan.
Inter Milan: Dominasi Serie A, Bangun Ulang Klub
Mancini ke Inter tahun 2004. Waktu itu, klub lagi haus gelar dan butuh restart total. Mancini langsung gas:
- Bawa Inter juara 3 kali Serie A berturut-turut (2006–2008)
- Menangkan 2x Coppa Italia
- Bangun skuad yang kuat dan disiplin
Dia bikin tim yang solid banget secara taktik:
- 4-4-2 rapi
- Midfield dominan
- Lini belakang keras, serangan cepat
Dan dia juga pelatih pertama yang ngontrol ego pemain-pemain besar di Inter kayak Ibrahimović, Adriano, dan Vieira.
Manchester City: “Aguerooooo!” dan Momen Abadi
Tahun 2009, Mancini ditarik ke Manchester City, klub yang lagi bangun jadi raksasa setelah suntikan dana besar. Tapi City butuh pelatih yang ngerti cara menang. Mancini jawab tantangan itu.
Prestasi di City:
- Juara FA Cup 2011 (trofi besar pertama City dalam 35 tahun)
- Premier League 2011–12 – dengan momen ikonik Aguero di menit 94
- Bangun mental juara di klub yang dulu cuma “tim biasa”
Dia juga bawa gaya taktik Italia ke Premier League: rapih, gak panik, tahan bola, dan counter efektif.
Balik ke Italia: Tugas Paling Berat – Membangun Ulang Timnas
Setelah petualangan bareng Galatasaray dan sempat nganggur, tahun 2018 Roberto Mancini ditunjuk jadi pelatih timnas Italia. Saat itu:
- Italia baru gagal lolos ke Piala Dunia 2018
- Mental tim ambyar
- Gak ada bintang besar
Tapi Mancini:
- Revolusi tim pakai pemain muda kayak Barella, Chiesa, Locatelli, Donnarumma
- Balik ke gaya main menyerang & penguasaan bola
- Bikin Italia jadi tim yang fun dan dominan
Euro 2020: Redemption Is Real
Di turnamen ini, Italia tampil beda:
- Serangan cepet, pressing tinggi
- Main sebagai tim, bukan individu
- Semua pemain dapat peran
Dan hasilnya?
- Juara Euro 2020
- Kalahin Inggris di final (lewat penalti)
- Rekor unbeaten 37 pertandingan berturut-turut
Mancini gak cuma bawa trofi. Dia bawa identitas baru buat Italia. Tim yang dulu dikenal defensif, jadi tim yang menyerang dan energik.
Tapi Sayangnya… Gagal ke Piala Dunia 2022
Setelah Euro, ekspektasi tinggi. Tapi di kualifikasi Piala Dunia 2022, Italia keok di fase play-off lawan Makedonia Utara.
Itu jadi:
- Luka besar buat reputasi tim
- Tapi Mancini tetap bertahan
Sampai akhirnya… dia cabut tahun 2023, dan semua fans Italia tahu:
Mancini udah ngasih lebih dari cukup.
Sekarang: Jadi Pelatih Timnas Arab Saudi
Mancini sekarang jadi pelatih timnas Arab Saudi. Banyak yang bilang ini “pilihan uang”, tapi dia bilang:
- Pengen tantangan baru
- Ngebangun sepak bola di kawasan lain
- Gak semua soal Eropa
Apapun alasannya, gaya dia tetap sama: elegan, taktikal, dan karismatik.
Gaya Melatih: Kombinasi Seni dan Strategi
Mancini punya gaya khas:
- Suka penguasaan bola
- Midfield jadi pusat serangan
- Bek-bek disuruh build-up, bukan cuma buang bola
- Penyerang bebas eksplor ruang
Dan yang paling penting:
Dia pelatih yang percaya sama “kecantikan sepak bola.” Gak asal menang, tapi menang dengan cara enak ditonton.
Warisan Mancini: Bukan Cuma Trofi, Tapi Filosofi
Roberto Mancini mungkin bukan pelatih paling heboh atau kontroversial. Tapi dia punya:
- Gaya yang unik dan classy
- Visi taktik jangka panjang
- Kemampuan bangun ulang tim dari nol
Dan di era modern yang kadang terlalu cepat ganti pelatih, Mancini selalu jadi opsi buat tim yang butuh reset elegan.
Penutup: Roberto Mancini Adalah Simbol Sepak Bola Elegan yang Tetap Efektif
Lo bisa nyebut dia underrated, atau pelatih yang selalu under radar. Tapi rekam jejaknya gak bisa dibantah:
- Juara di Italia, Inggris, Turki, dan Eropa
- Pemain legendaris, pelatih brilian
- Sosok yang bikin tim bermain dengan kepala, hati, dan gaya
Di dunia yang makin cepat dan keras, Roberto Mancini adalah pengingat bahwa sepak bola itu seni—dan dia senimannya.