Borussia Dortmund dikenal sebagai klub yang punya hubungan kuat sama pemain muda dan akademinya. Tapi gak semua jebolan akademi bisa jadi legenda. Nah, Lars Ricken adalah pengecualian. Dari umur 12 tahun, dia udah jadi bagian dari klub. Dan sejak itu, dia gak pernah kemana-mana. Gak cuma loyal, tapi juga ngasih momen paling bersejarah buat klub — sebuah gol dari jarak jauh di final Liga Champions 1997 yang bikin semua orang bengong.
Tapi kisah hidup Ricken gak cuma berhenti di momen itu. Dia punya cerita panjang, naik-turun, bahkan jadi salah satu penggerak utama regenerasi pemain muda Dortmund hari ini. Yuk, kita ulik abis-abisan siapa sebenarnya Lars Ricken.
1. Awal Mula: Bocah Dortmund yang Mimpinya Sederhana
Lars Ricken lahir di Dortmund, Jerman Barat, pada 10 Juli 1976. Dari kecil, dia udah hidup di lingkungan yang kental dengan atmosfer bola. Gak aneh kalau di umur 12 tahun, dia gabung akademi Borussia Dortmund. Lo bayangin, bocah lokal yang bener-bener lahir dan besar di kota itu, dan punya mimpi buat main di tim utama klub kotanya sendiri.
Itu bukan mimpi kaleng-kaleng. Tahun 1993, umur baru 17 tahun, dia debut di Bundesliga. Gokil.
2. Gelandang Serang dengan Visi dan Insting Tajam
Ricken main sebagai gelandang serang. Tapi dia bukan tipe flamboyan ala pemain Brasil. Gaya mainnya tuh efisien dan sederhana, tapi tajam dan cerdas. Dia paham ruang, paham kapan harus lepas bola, dan selalu ada di tempat yang pas buat eksekusi.
Pemain kayak dia tuh gak selalu mencolok di highlight, tapi pelatih-pelatih pasti seneng punya dia karena:
- Bisa diandalkan di situasi besar
- Gak egois
- Disiplin secara taktik
- Gak neko-neko
Dan semua itu terbukti waktu momen legendarisnya tiba…
3. Momen Ikonik: Gol Final Liga Champions 1997
Oke, ini dia bagian paling terkenal dari karier Lars Ricken. Tanggal 28 Mei 1997, Dortmund main di final Liga Champions lawan Juventus, tim yang waktu itu diisi bintang-bintang kayak Zidane, Del Piero, dan Deschamps.
Skor waktu itu 2-1 buat Dortmund. Terus di menit ke-70, Lars Ricken masuk sebagai pemain pengganti. Gak sampai 16 detik setelah dia masuk, dia dapet bola dan dari jarak 25 meter, dia chip bola langsung ke gawang Angelo Peruzzi.
Bola itu masuk. Stadion meledak. Komentator Jerman sampe nyebut:
“Ricken mit dem Lupfer! Ricken mit dem Lupfer!”
(“Ricken dengan chip-nya!”)
Itu adalah gol ikonik yang sampe sekarang masih ditayangin ulang di tiap dokumenter Dortmund. Gol itu jadi gol penentu kemenangan dan bawa Dortmund jadi juara Eropa untuk pertama kalinya. Dan Ricken? Jadi legenda seketika.
4. Gak Pernah Tinggalin Klub, Meski Tawaran Banyak
Setelah final Liga Champions itu, karier Ricken sempat naik. Tapi menariknya, dia gak pernah pindah dari Dortmund, meskipun tawaran datang dari klub-klub besar Eropa. Lo bisa bayangin, pemain muda Jerman, baru cetak gol ikonik, pasti dilirik banyak tim. Tapi Ricken stay. Dia bilang:
“Saya lahir di Dortmund, saya main di Dortmund, dan saya akan pensiun di sini.”
Loyalitas kayak gini langka banget. Bahkan saat performanya menurun karena cedera, dia tetap setia. Klub juga gak pernah ngedorong dia buat pergi. Itu bentuk respek dua arah.
5. Cedera, Turun Performa, Tapi Gak Pernah Mengeluh
Masuk era awal 2000-an, karier Ricken mulai diganggu cedera panjang. Lututnya bermasalah, dan stamina udah gak bisa dibawa lari terus kayak dulu. Tapi dia tetap masuk skuad, bantu tim sebisa mungkin, dan jadi figur senior di ruang ganti.
Dia pernah dipinjamkan ke tim kedua buat jaga kebugaran, dan dia lakuin tanpa protes. Sikapnya tetap profesional, bahkan jadi panutan buat pemain muda. Meski gak selalu starter, dia gak pernah bikin drama.
6. Statistik Karier: Diam-diam Produktif
Total, Lars Ricken main 407 kali untuk Borussia Dortmund, dan mencetak 68 gol. Dia juga sempat main untuk timnas Jerman (16 caps, 1 gol), termasuk jadi bagian dari skuad Euro 2000.
Meskipun gak jadi andalan timnas dalam jangka panjang, di level klub dia tetap punya tempat spesial.
7. Setelah Pensiun: Jadi Arsitek Generasi Muda Dortmund
Pensiun di 2007, Ricken gak langsung hilang dari dunia sepak bola. Dia balik ke Dortmund dan mulai kerja di sektor pengembangan pemain muda (akademi). Perannya pelan-pelan makin besar. Tahun 2021, dia ditunjuk jadi Direktur Akademi Borussia Dortmund.
Dan hasilnya? Jelas kelihatan. Di bawah kepemimpinannya, akademi BVB makin tajam. Pemain muda kayak Youssoufa Moukoko, Jamie Bynoe-Gittens, dan banyak lagi jadi bukti kalau tangan dingin Ricken tuh nyata.
8. Filosofi Ricken: Bangun dari Akar
Ricken percaya kalau Dortmund punya identitas kuat sebagai klub yang nurture talent from within. Dia selalu bilang kalau mentalitas pemain muda bukan cuma soal skill, tapi juga soal sikap. Akademi Dortmund sekarang gak cuma nyetak pemain top, tapi juga karakter kuat.
Dan itu semua datang dari nilai-nilai yang Ricken bawa sejak dulu: kerja keras, loyalitas, dan gak banyak gaya.
9. Apa Kata Fans dan Rekan Setim
“Gol Ricken di final itu bukan cuma indah, tapi juga simbol dari harapan fans Dortmund. Anak lokal yang jadi pahlawan.”
– Fan forum BVB
“Dia gak pernah jadi yang paling mencolok, tapi dia selalu ada saat dibutuhkan.”
– Matthias Sammer
“Kalau ada orang yang ngerti arti Dortmund, itu Lars Ricken.”
– Hans-Joachim Watzke
10. Pelajaran Hidup dari Lars Ricken
Kisah hidup Lars Ricken bukan cuma soal gol cantik atau loyalty. Tapi juga soal bagaimana lo bisa bertahan di satu tempat, gak nyari panggung, tapi tetap bikin impact gede. Ini beberapa nilai yang bisa lo ambil:
- Gak semua harus viral buat berharga.
- Jadi legenda itu bukan cuma soal stats, tapi momen dan hati.
- Kadang, satu momen bisa ubah segalanya.
- Loyalitas bukan kelemahan. Justru jadi fondasi legacy.
Kesimpulan: Lars Ricken, Sang Legenda Pendiam yang Selalu Ada di Momen Besar
Lars Ricken bukan pemain yang tiap minggu muncul di highlight. Tapi dia selalu ada di momen-momen paling penting dalam sejarah klub. Golnya di final Liga Champions jadi titik puncak. Tapi kontribusinya setelah itu, di belakang layar, justru membuktikan bahwa dia bukan cuma one-hit wonder.
Dia lahir di Dortmund, besar di Dortmund, main untuk Dortmund, dan sekarang bangun masa depan Dortmund. Lo gak bisa lebih “Dortmund” dari itu.